Wednesday, October 19, 2016

Keajaiban Action Research

The Action Research

     Latar Belakang Action Research

Tugas utama guru adalah mendidik dan mengajar, sehingga dalam pelaksanaanya tidak mudah dan banyak kendala yang menghadang. Terutama, pada saat sekarang terdapat pluralisasi masalah yang dihadapi guru juga semakin besar. Ini berarti bahwa variasi metode pemecahan masalah juga sangat besar. Apabila tahun enam puluhan baru dikenal beberapa metode penelitian maka saat sekarang jumlah itu sudah berkembang menjadi banyak. Beberapa di antaranya adalah: metode penelitian ex post-facto, survai, evaluasi, eksperimen, kualitatif, historis, analisis kontent, data sekunder, penelitian dan pengembangan (R & D), penelitian sastra, penelitian filsafat, penelitian tindakan, dan penelitian tindakan kelas. Sudah barang tentu, masing-masing metode memiliki ciri-ciri tersendiri, sehingga peneliti harus cermat dalam hal menggunakan suatu metode tertentu. Pemilihan metode ini harus didasarkan pada jenis masalah yang akan dipecahkan.
Selaras dengan permasalahan kelas yang dihadapi oleh guru di setiap harinya, maka tepatlah kiranya apabila pada kesempatan ini dikaji bersama tentang penelitian tindakan dan penelitian tindakan kelas. Metode penelitian ini tidak hanya berkembang di Indonesia, melainkan negara-negara maju pun juga demikian. Sebagai gambaran, pada tahun 1994 di Australia ada proyek kemitraan antara sekolah dan universitas yang sifatnya nasional.
Proyek Kemitraan antara universitas dan sekolah atau The Innova-tive Link Project (ILP) ini melibatkan 14 universitas dan 100 sekolah. Sekolah yang terlibat dalam proyek ini meliputi Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah, baik sekolah negeri maupun swasta. Setiap sekolah yang terlibat mendapat bantuan dana sebesar Aus $ 5000 setiap tahun. Tujuan proyek ini adalah meningkatkan kualitas sekolah. Oleh karenanya ada kesepakatan yang disepakati oleh pihak sekolah dan universitas, yaitu:
1. Masalah-masalah penelitian sebaiknya digali dari sekolah bukan dari universitas
2. Dalam mengembangkan proses penelitian dan menginterpretasikan data sebaiknya dikembangkan prinsip-prinsip penelitian yang kolaboratif dan demokratis
3. Penelitian yang berorientasi pada tindakan dimaksudkan untuk meningkatkan pelaksanaan pendidikan
4. Pelaksanaan penelitian dan penerbitan hasil-hasil penelitian, prioritas pertama ada di tangan sekolah
5. Publikasi hasil penelitian yang dilakukan oleh dosen atau personil di luar sekolah harus melibatkan sekolah
6. Masalah yang diteliti adalah masalah-masalah yang terkait dengan sekolah dan diidentifikasi oleh sekolah
7. Pada saat refleksi tidak hanya dihadiri oleh guru tetapi juga harus dihadiri oleh dosen, dan pemegang kekuasaan
8. Dosen bertanggung jawab atas mutu penelitian yang dilakukan oleh sekolah. Untuk itu pada setiap proyek penelitian yang dilakukan oleh sekolah harus ada dosen yang mendampinginya.

Menurut Kemmis (dalam Kartowagiran, 2005, hlm. 3) dalam bukunya yang berjudul The Action Research Reader (1997), action research dikenalkan pertama kali oleh Lewin di Inggris pada tahun 1933. Metode ini berkembang terus dan menyebar ke seluruh penjuru dunia dan dikenal di Australia baru sekitar tahun 1970-an. Pada tahun 1984 para guru di Australia sudah diinstruksikan oleh Kepala Sekolah untuk mereview apa yang sudah dikerjakan. Hasil review ini dirumuskan untuk perbaikan langkah selanjutnya. Pada saat para Kepala Sekolah dan guru menyebut langkah-langkah ini sebagai Penelitian Tindakan atau Action Research (AR), namun menurut Mc Taggart, dkk (1997 dalam Kartowagiran, 2005, hlm. 3), hal seperti ini tidak termasuk dalam kategori penelitian tindakan karena guru melakukan kegiatan tersebut atas perintah Kepala Sekolah, dan guru tidak tahu apa yang sedang mereka kerjakan. 

       Pengertian Action Research


Mc Taggart (dalam Kartowagiran, 2005, hlm. 4) pada kuliahnya tanggal 27 Agustus 1997 yang menyatakan bahwa penelitian tindakan (Action Research/AR) adalah penelitian collective self-reflective yang dilakukan oleh partisipan dalam ilmu sosial dan pendidikan untuk memperbaiki pemahaman dan pelaksanaan pekerjaannya sendiri, dan juga membawa dampak pada lingkungan di sekitarnya.

Mc Taggart (dalam Kartowagiran, 2005, hlm. 4) dalam artikelnya yang berjudul “Revitalizing Management as a Scientific Activity” (The Journal for managerial and organizational learning, Vol. 28, No. 2, June 1997) menjelaskan bahwa: action research dapat dilakukan oleh manager, direktur, dosen, guru, atau pekerja sosial lainnya, dan dapat mengandung unsur-unsur; (a) memperbaiki pekerjaannya sendiri, (b) kolaboratif dengan orang atau kelompok lainnya untuk memperbaiki pekerjaan mereka, (c) kolaboratif dengan instansi lain secara terpisah untuk memunculkan proyek atau mengembangkan sistem baru.

Mc Taggart (1991 dalam Kartowagiran, 2005, hlm. 4) menjelaskan bahwa Action Research (AR) merupakan langkah-langkah nyata dalam mencari cara yang paling cocok untuk mem-perbaiki keadaan lingkungan, dan meningkatkan pemahaman terhadap keadaan dan atau lingkungan tersebut.

Grundy (1995 dalam Kartowagiran, 2005, hlm. 4) menjelaskan bahwa Action Research merupakan usaha perbaikan pemahaman, cara dan kondisi yang dilakukan secara kolaboratif. 
Sagor (1992 dalam Kartowagiran, 2005, hlm. 4) yang mengatakan: Action Research is conducted by people who want to do something to improve their own situation. Untuk bidang pendidikan, Sukamto (1996 dalam Kartowagiran, 2005, hlm. 5) menjelaskan bahwa penelitian tindakan adalah sekelompok kegiatan dalam pengembangan kurikulum, staf, sekolah, sistem dan kebijakan. Kegiatan-kegiatan tersebut mempunyai kesamaan dalam aspek identifikasi strategi dari suatu tindak-an terencana yang kemudian dilaksanakan, dan secara sistematis diamati, direfleksikan dan dimodifikasi. Peserta yang sekaligus juga client secara total terlibat dalam seluruh kegiatan tersebut. 
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat ditarik simpulan bahwa action research atau penelitian tindakan adalah penelitian yang dilakukan secara kolaboratif oleh partisipan dalam ilmu sosial dan pendidikan untuk memperbaiki pemahaman dan pelaksanaan pekerjaannya sendiri, dan juga membawa dampak pada lingkungan di sekitarnya. Dalam hal ini action research dapat digunakan di dunia pendidikan, baik di dalam maupun di luar kelas. Sedikit berbeda dengan Classroom Action Research (CAR) atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang lebih mengkhususkan penelitian di dalam kelas dan harus dilakukan oleh guru. 
Penelitian tindakan atau yang biasa disebut (action research) merupakan salah satu jenis penelitian yang berkaitan dengan tindakan langsung berdasarkan permasalahan yang ditemui oleh peneliti. O’Brien dalam buku Mulyatiningsih (2013: 61) penelitian tindakan dilakukan ketika sekelompok orang diidentifikasi permasalahannya, kemudian peneliti menetapkan suatu tindakan untuk mengatasinya. Penelitian tindakan biasanya berhubungan dengan penelitian di dalam kelas, penelitian tindakan kelas dilakukan oleh guru bertindak sebagai peneliti kemudian objek yang diteliti yaitu siswa.

Zainal Arifin (2012:108) mengutip dari Hodgkinson 1988 penelitian tindakan kelas (PTK) yang dikatakan berhasil harus memenuhi syarat sebagai berikut:
      1.      Adanya kesediaan untuk mengakui kekurangan diri.
      2.      PTK harus dijadikan kesempatan yang baik untuk menemukan sesuatu yang baru.
      3.      Adanya motivasi dari peneliti dan kolaboratornya untuk mengemukakan gagasan baru.
      4.      Adanya waktu yang cukup untuk melakukan percobaan tindakan.
      5.      Adanya kepercayaan timbal balik antar orang-orang yang terlibat.
6. Peneliti dan kolaboratornya harus memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar proses kerja kelompok

No comments:

Post a Comment