Sunday, October 30, 2016

Power of Pendidikan IPS di SD

Pada dasarnya pendidikan IPS di SD menjadikan ilmu-ilmu sosial seperti sejarah, geografi, sosiologi, ekonomi, dan antropologi sebagai sumber utama materi pembelajaran. Adapun pengertian materi pendidikan menurut Supriatna, dkk. (2010, hlm. 104) adalah “apa yang dipelajari siswa untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu tujuan kurikulum ilmu-ilmu sosial, termasuk dalam materi ini adalah substansi dan proses yang berasal dari disiplin-disiplin ilmu-ilmu sosial.”
Maka jelaslah yang dinamakan materi pendidikan itu adalah sesuatu yang dipelajari oleh siswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah terencana dalam kurikulum, yang kemudian dikembangkan oleh guru agar sesuai dengan karakteristik siswa dan lingkungan sekitar. Pada umumnya, sebuah pengertian subtansi ilmu-ilmu sosial itu terbentuk atas pandangan, topik, tema, fakta, fenomena, peristiwa, konsep, generalisasi dan teori yang sering dikenal dengan sebutan kurikulum. Hal ini selaras dengan pendapat Supriatna, dkk. (2010, hlm. 104) yang berpendapat bahwa “yang dimaksud kurikulum adalah yang berhubungan dengan pokok-pokok bahasan yang berisikan pandangan, tema, fenomena, fakta, konsep, dan sebagainya.”
Dalam pendidikan IPS, sebuah materi yang dipelajari oleh siswa bukan sekedar sampai siswa mengetahui ataupun memahami saja, melainkan siswa harus dilatih agar mampu bekerja berdasarkan pesan yang disampaikan dalam materi tersebut.
a.       Materi Proses dalam Pendidikan IPS
“Proses adalah materi kurikulum pendidikan IPS yang berkenaan dengan berbagai prosedur, cara kerja, metode kerja tertentu yang harus dilakukan siswa di dalam kelas, di ruang tertentu, bahkan juga ditempat tertentu di luar lingkungan sekolah (Sapriya, dkk., 2007, hlm. 29)”.
 1)      Materi IPS berdasarkan Analisis Konsep
Pengembangan materi berdasarkan konsep merupakan suatu strategi untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengembangkan strategi yang lebih efektif. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai upaya dalam pencapaian konsep, menurut Sapriya, dkk. (2007, hlm. 29) adalah sebagai berikut:
a)      Mengusahakan penamaan konsep sesuai dengan bahasa siswa.
b)      Isi (konten) tertentu, punya keterkaitan dengan konsep yang sedang dibahas.
c)      Menggunakan keterampilan proses yang menempatkan keterlibatan siswa yang cukup tinggi.
d)     Mendorong siswa pada kegiatan pemecahan masalah yang sedang dipelajari.
e)      Belajar konsep akan berhasil bilamana siswa mengalami sendiri, mengerjakan, melakukan, sendiri apa yang dipelajarinya.
f)       Memikirkan jenis-jenis kegiatan yang dapat mendorong minat siswa untuk belajar.
g)      Mendorong siswa untuk mengembangkan potensi dirinya melalui penemuan sebab-sebab suatu kejadian di sekitarnya, menginteraksikan antara fakta dan kehidupan sehingga konsep-konsep yang dipelajarinya tidak asing bagi siswa.
h)      Untuk mendukung penguasaan konsep siswa diperlukan berbagai alat, bahan atau sumber pelajaran.
 2)      Materi IPS berdasarkan Isi (Konten)
Materi IPS berdasarkan isi pada umumnya adalah dengan cara mengembangkan jaringan topik atau jaringan materi yang akan diajarkan. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan materi berdasarkan isi menurut Sapriya, dkk. (2007, hlm. 29-30) adalah sebagai berikut:
a)      Membuat pemetaan isi materi atau dengan mengembangkan jaringan topik atau jaringan materi.
b)      Untuk membahas isi materi, tentukan konsep-konsep mana yang akan dikembangkan/yang akan dipelajari siswa memnentukan keterampilan proses yang dapat dilatihkan.
c)      Tentukan masalah apa yang akan dipecahkan.
d)     Kegiatan pembelajaran usahakan agar menarik minat siswa untuk belajar.
e)      Untuk memahami isi/konsep, proses pembelajaran dilakukan berdasarkan pengalaman siswa.
f)       Menitikberatkan pada keterlibatan siswa secara aktif.
g)      Mengupayakan kegiatan awal sebagai titik tolak proses belajar mengajar.
h)      Tahapan pembelajaran dilakukan secara sistematis.
i)        Untuk mendukung penguasaan konsep siswa, diperlukan berbagai alat atau sumber pelajaran.
 3)      Materi IPS berdasarkan Keterampilan Proses (Keterampilan Dasar)
Pada umumnya yang perlu dilakukan dalam mengembangkan materi IPS berdasarkan keterampilan proses adalah dengan cara menekankan usaha-usaha untuk “membelajarkan siswa tentang bagaimana belajar”. Dalam hal mengkaji atau memikirkan isi IPS maka perlu dikaitkan dengan keterampilan proses yang dapat dilatihkan kepada siswa, diantaranya menurut Sapriya, dkk. (2007, hlm. 30) adalah sebagai berikut:
a)      Keterampilan proses yang dikembangkan cukup bervariasi.
b)      Memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan.
c)      Tidak sekedar mendengar cerita atau penjelasan dari guru tetapi tingkatkan partisipasi siswa secara aktif.
d)     Usahakan agar pembelajaran dapat lebih menarik minat dan perhatian siswa serta mengaitkannya dengan bahan-bahan dan prosedur pembelajaran.
e)      Siswa dilatih untuk mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan melalui pengetahuan langsung.
 4)      Materi IPS berdasarkan Masalah
Dalam hal mengembangkan materi IPS berdasarkan masalah, berikut hal-hal yang perlu diperhatikan  menurut Sapriya, dkk. (2007, hlm. 30) adalah sebagai berikut:
a)      Mendorong siswa untuk merumuskan masalah secara spesifik dan dipecahkan melalui diskusi kelompok.
b)      Adanya konsep-konsep yang berhubungan yang diperlukan dalam mendiskusikan dan memecahkan masalah.
c)      Untuk memecahkan masalah diperlukan berbagai keterampilan proses.
d)     Usahakan agar pembelajaran dapat lebih menarik minat dan perhatian siswa serta mengaitkannya dengan bahan-bahan dan prosedur pembelajaran.
e)      Mempertimbangkan aspek waktu agar program pembelajaran dapat berjalan dengan tepat.
f)       Usahakan agar media, lingkungan sekitar siswa dapat dimanfaatkan oleh siswa.
g)      Menciptakan situasi kelas agar terjadi diskusi/interaksi diantara siswa.
h)      Membuat urutan kegiatan pembelajaran yang sistematis.
 5)      Materi IPS berdasarkan Kekhususan Daerah
Materi IPS berdasarkan kekhususan daerah ini merupakan sebuah materi yang diciptakan berdasarkan kekhususan daerah seperti halnya potensi yang dimiliki pada suatu daerah sehingga siswa mampu belajar melalui pengalaman sehari-hari tentang lingkungan alam yang ada di daerah tersebut. Hal ini selaras dengan pendapat Sapriya, dkk. (2007, hlm. 30) yang berpendapat bahwa,
Materi IPS berdasarkan kekhususan yaitu sumber materi dan pembahasan IPS dapat digali berdasarkan kemampuan dan kekayaan daerah dengan segala aktivitasnya. Dengan demikian lingkungan sekitar dapat dimanfaatkan siswa untuk mencobakan segala pengetahuan IPS yang sedang dipelajarinya. Siswa belajar melalui pengalaman sehari-hari tentang lingkungan alam, sosial, dan budaya sekitar serta dikaitkan dengan topik yang dibahas.
 6)      Materi IPS berdasarkan Pendekatan Penemuan (Inkuiri)
Proses inkuiri merupakan sebuah model pembelajaran yang direkomendasikan karena dianggap paling efektif dalam hal menekankan keterlibatan siswa secara aktif melalui kegiatan-kegiatan pencarian sampai kegiatan penemuan. Hal ini sependapat dengan Sapriya, dkk. (2007, hlm. 30-31) yang menyatakan bahwa, “Proses inkuiri direkomendasikan sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif karena menekankan keterlibatan siswa secara aktif melalui kegiatan-kegiatan pencarian (discovery) hingga penemuan (inkuiri).”
b.      Materi IPS yang berorientasikan pada Sikap, Nilai, dan Moral
Mengembangakan materi yang ditujukan pada aspek sikap, nilai, dan moral sebenarnya sudah mengacu pada tujuan yang dikembangkan dalam IPS itu sendiri, yaitu menurut Sapriya, dkk. (2007, hlm. 31) "IPS sebagai pendidikan warga negara (citizenship transsmission) yang ditujukan pada penanaman nilai-nilai kebangsaan dan kewarganegaraan. IPS sebagai program pendidikan tidak sekedar terkait dengan nilai, bahkan justru wajib mengembangkan nilai-nilai tersebut. Yang menjadi tolak ukur keberhasilan program pendidikan IPS, yaitu adanya perubahan perilaku sosial siswa ke arah yang lebih baik".

Character and The Goal Pendidikan IPS di SD

IPS merupakan suatu ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan sering dikenal juga dengan sebutan pendidikan IPS memiliki karakteristik, dan berikut karakteristik dari pendidikan IPS menurut Supriatna, dkk. (2009, hlm. 5) adalah “pada upayanya untuk mengembangkan kompetensi sebagai warga negara yang baik. Warga negara yang baik berarti yang dapat menjaga keharmonisan hubungan diantara masyarakat sehingga terjalin persatuan dan keutuhan bangsa".
Pendapat di atas mengarahkan bahwa karakteristik dari pendidikan IPS ini untuk menciptakan warga negara yang baik dimana setiap warga negara memiliki kewajiban untuk menjaga keharmonisan hubungan antar masyarakat sehingga terciptanya suatu persatuan dan keutuhan bangsa. Namun Hal tersebut dapat tercipta apabila dalam diri setiap orang sebagai warga negara telah terbentuk perasaan saling menghargai terhadap segala perbedaan. Hal tersebut bisa dimulai dari hal terkecil seperti saling menghargai perbedaan pendapat, etnik, agama, kelompok, budaya ataupun yang lainnya. Oleh karena itu pendidikan IPS merupakan suatu mata pelajaran yang memiliki tanggung jawab untuk melatih dan mendidik siswa agar dapat membangun sikap saling menghargai dan menjadi warga negara yang baik Tujuan pembelajaran dari pendidikan IPS menurut Clark (dalam Supriatna, dkk., 2009, hlm. 6) yaitu: 
Fokus utama dari program IPS adalah membentuk individu-individu yang memahami kehidupan sosialnya dunia manusia, aktivitas dan interaksinya yang ditujukan untuk menghasilkan anggota masyarakat yang bebas, yang mempunyai rasa tanggung jawab untuk melestarikan, melanjutkan, dan memperluas nilai-nilai dan ide-ide masyarakat bagi generasi masa depan. Untuk melengkapi tujuan tersebut, program IPS harus memfokuskan pada pemberian pengalaman yang akan membantu setiap individu siswa.
Dari pendapat diatas, yang menjadi fokus utama dalam pendidikan IPS adalah membentuk individu-individu yang paham akan kehidupan sosial sehingga siswa tersebut memiliki tanggung jawab untuk melestarikan nilai-nilai yang ada dimasyarakat bagi generasi masa depan. Adapun warga negara yang dihasilkan dari pendidikan IPS menurut Sapriya (2007, hlm. 11) yaitu:Menjadi warga negara yang reflektif, trampil dan peduli. Reflektif, yaitu: dapat membuat keputusan-keputusan dan memecahkan masalah. Trampil, yaitu mempunyai sejumlah keterampilan untuk menolong seseorang di dalam mengambil keputusan dalam memecahkan masalah. Peduli, kemampuan untuk menyelidiki kehidupan sosialnya dan memperhatikan/menelaah isu-isu yang penting, melaksanakan hak-haknya dan tanggung jawab sebagai anggota masyarakat. 

Kehebatan struktur IPS di SD

       Pendidikan IPS merupakan suatu perbuatan secara sadar untuk menjadikan manusia memiliki sebuah kualitas yang lebih baik berkenaan dengan mempelajari aktivitas kehidupan manusia. Hal tersebut selaras dengan pendapat Supriatna, dkk. (2010, hlm. 5) yang berpendapat bahwa, 
      “Pendidikan IPS terdiri dari dua kata yaitu pendidikan dan IPS. Pendidikan mengandung pengertian suatu perbuatan yang disengaja untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.” dan “Pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia.” 
      PIPS pada dasarnya merupakan gabungan dari berbagai disiplin ilmu, bukan hanya ilmu-ilmu sosial melainkan juga dari humanitis, matematika dan ilmu-ilmu alam bahkan agama. Pendidikan IPS dikenal juga dengan istilah social studies, Sapriya, dkk (2007, hlm. 3) berpendapat bahwa, 
      Social studies adalah ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan, sedangkan isi social studies yang bercirikan interdisipliner yang meliputi aspek ilmu sejarah, ilmu ekonomi, sosiologi, psikologi, ilmu geografi, dan filsafat yang dalam prakteknya dipilih untuk tujuan pembelajaran di sekolah dan di perguruan tinggi atau dapat dibelajarkan dari mulai pendidikan rendah/SD sampai diperguruan tinggi.
     PIPS berbeda dengan ilmu sosial, hal yang membedakannya adalah “IPS berusaha mengintegrasikan bahan/materi dari cabang-cabang ilmu tersebut dengan menampilkan permasalahan sehari-hari masyarakat sekeliling. Sedangkan Ilmu Sosial (Social Sciences), ialah ilmu yang mempelajari aspek-aspek kehidupan manusia yang dikaji secara terlepas-lepas sehingga melahirkan satu bidang ilmu (Sapriya, 2007, hlm. 3)”.
     Sehingga jelaslah bahwa PIPS dan Ilmu Sosial tersebut berbeda karena PIPS pada hakikatnya adalah suatu ilmu-ilmu sosial yang telah disederhanakan untuk tujuan pendidikan yang memberikan kemampuan pada anak dalam mengelola dan memanfaatkan kekuatan fisik maupun sosial  untuk menciptakan kehidupan yang harmonis. Hal tersebut selaras dengan pendapat Jarolimeks (dalam Sapriya, 2007, hlm. 3) yang berpendapat bahwa “Social Studies, para ahli memberikan batasan lebih kepada hal yang praktis, yaitu memberikan kemampuan kepada anak didik dalam mengelola dan memanfaatkan kekuatan-kekuatan fisik dan sosial dalam menciptakan kehidupan yang serasi.” Sedangkan Ilmu Sosial merupakan suatu kajian yang dipelajari dan dikembangkan pada tingkat perguruan tinggi untuk membuat suatu eksperimen, penelitian maupun penemuan dalam rangka mengembangkan human knowledge dengan materi dan permasalahan yang kompleks. Hal tersebut selaras dengan pendapat Sumaatmadja (dalam Sapriya, 2007, hlm. 3) yang mendefinisikan bahwa “Ilmu Sosial merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin akademis yang mempelajari manusia di masyarakat, mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat. Ilmu sosial, dipolakan untuk mengembangkan human knowledge melalui penelitian, penemuan, eksperimen, dsb. dengan materi dan permasalahan yang kompleks.”

Wednesday, October 19, 2016

Keajaiban Action Research

The Action Research

     Latar Belakang Action Research

Tugas utama guru adalah mendidik dan mengajar, sehingga dalam pelaksanaanya tidak mudah dan banyak kendala yang menghadang. Terutama, pada saat sekarang terdapat pluralisasi masalah yang dihadapi guru juga semakin besar. Ini berarti bahwa variasi metode pemecahan masalah juga sangat besar. Apabila tahun enam puluhan baru dikenal beberapa metode penelitian maka saat sekarang jumlah itu sudah berkembang menjadi banyak. Beberapa di antaranya adalah: metode penelitian ex post-facto, survai, evaluasi, eksperimen, kualitatif, historis, analisis kontent, data sekunder, penelitian dan pengembangan (R & D), penelitian sastra, penelitian filsafat, penelitian tindakan, dan penelitian tindakan kelas. Sudah barang tentu, masing-masing metode memiliki ciri-ciri tersendiri, sehingga peneliti harus cermat dalam hal menggunakan suatu metode tertentu. Pemilihan metode ini harus didasarkan pada jenis masalah yang akan dipecahkan.